1. MATERIALISME
Materialisme adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi. Materialisme memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu, kemudian baru ide.
Pandangannya itu berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Artinya,, Menurut proses waktu: Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir di dunia, dunia dan alam atau materi ini sudah ada lebih dahulu, Menurut proses zat: Manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa ada atau tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu adalah materi, tapi materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia.
Materialisme mempunyai banyak macam aliran. Dari banyak macam aliran materialisme itu terdapat tiga aliran yang besar dan pokok, yaitu materialisme mekanik, materialisme metafisik dan materialisme dialektik. Ketiga asliran filsafat itu mempunyai perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lain, dan bahkan juga terdapat saling pertentangannya.
· Materialisme mekanik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya mekanis. Ajaran materialisme mekanik ialah bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak atau berubah. Geraknya itu adalah gerak yang mekanis, artinya gerak yang yang tetap begitu saja selamanya seperti yang telah terjadi, atau gerak yang berulang-ulang seperti geraknya mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan.
· Materialisme metafisik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya metafisis. Ajaran materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap, tidak berubah selamanya. Tapi seandainya materi itu berubah, maka perubahan itu terjadi karena faktor luar atau karena kekuatan dari luar. Gerak materi itu gerak ekstern atau disebut gerak luar. Selanjutnya materi itu dalam keadaan yang terpisah-pisah, tidak mempunyai dan tidak ada saling hubungan antara yang satu dengan yang lain.
· Materialisme dialektik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan metodenya dialektis. Ajaran materialisme dialektik mengajarkan bahwa materi itu selalu saling punya hubungan, saling mempengaruhi, dan saling bergantung antara yang satu dengan yang lain. Bukannya saling terpisah-pisah atau berdiri sendiri. Materi itu juga selalu dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang. Bukannya selalu diam, tetap atau tidak berubah. Dalam makalah ini akan menyajikan filsafat matesia lisme dialektika historis yang dikemukakan oleh karl Mark
Tokoh-tokohnya.
1. Anaximenes ( 585 -528)
2. Anaximandros ( 610 -545 SM)
3. Thales ( 625 -545 SM)
4. Demokritos (kl.460 -545 SM)
5. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
6. Lamettrie (1709 -1715)
7. Feuerbach (1804 -1877)
8. H. Spencer (1820 -1903)
9. Karl Marx (1818 -1883)
2. METAFISIKA SEBAGAI CABANG ILMU FILSAFAT
Dalam pertemuan ini pun dijelaskan bahwa ada beberapa cabang dalam ilmu filsafat antara lain adalah metafisika, dimana cabang filsafat metafisika dipandang sebagai ilmu yang menentang arus, dalam arti cara kerjanya lumayan berbeda dari cara kerja ilmu pengetahuan lainnya. Filasafat terkadang membuat orang berkerut kening dan bahkan muak lantaran istilah yang aneh-aneh dan untuk memahaminya diperlukan ketekunan filosofis yang memakan waktu tidak cukup berjam-jam, tetapi bertahun-tahun.
Kendati demikian, dengan filsafat (metafisika) orang dapat menunjukkan bahwa manusia tidak hanya sekedar makhluk yang bisa makan, menikmati keenakan dunia dan alam semesta. Filsafat bertugas tidak lain menggemakan kenyataan. Manusia, dengan berfilsafat, menggemakan lagi nada metafisik kenyataan yang sudah pudar oleh hingar-bingarnya perjuangan memenuhi kebutuhan fisik belaka. Filsafat terus dan tak bosan-bosannya menggemakan suara kebenaran dan kebaikan, yang hampir sirna oleh pertarungan kepentingan sesaat dan usaha manipulasi yang sering tak terkendali.
Sebagai manusia yang, dari kodratnya, berakalbudi, kita semua berkemampuan filosofis. Dengan akalnya, manusia mencari rumusan baru tentang kenyataan fisik dan metafisik. Dalam perumusan sudah tersirat tanda bahwa manusia tidak terikat oleh apa yang kini dipegangnya, karena perumusan merupakan kegiatan abstraksi dari kenyataan. Abstraksi, pada giliranya, merupakan petunjuk adanya kemampuan transedental dalam diri manusia. Ia mau menempatkan seluruh kekiniannya itu dalam konteks yang lebih luas dan mendasar: prinsip hidup. Filsafat, dalam kedudukanya sebagai salah satu ilmu, bertugas mengeksplisitkan prinsip hidup yang sedikit banyak masih implisit adanya dalam diri setiap orang. Filsafat ingin mengangkat ke permukaan kebijaksanaan hidup yang lebih sering didominir oleh keputusan kepentingan tertentu.
Filsafat (metafisika) tidak pernah berangkat dari dunia awang-awang atau khayalan. Titik tolaknya selalu pengalaman nyata inderawi. Pengalaman itu disistematisir. Kemudian berdasarkan pengalaman itu, dibangun refleksi yang spesifik. Kalau tidak berdasarkan pengalaman, refleksi akan mengambang tanpa makna dan isi, sehingga sia-sia. filsafat mengangkat engalaman hidup untuk mencari prinsip-prinsip dasar.
Metafisika berangkat dari yang kita alami sampai kepada prinsip-prinsip dasar. Dengan demikian diharapkan bahwa kita sampai pada Sang Illahi yang disebut Allah oleh orang yang beragama. Selain itu, dengan menyadari keterbatasan daya pikir manusia, metafisika mengajarkan kepada kita kebijaksanaan hidup. Hidup perlu ditangkap dalam keseluruhannya, tetapi tidak berarti kita memahami kehidupan itu secara tuntas.
Dari segi bahasa, bahasa metafisika bersifat integratif dan indikatif. Dengan metafisika kita berusaha menyatakan semua pengalaman kita dengan mengangkat dasarnya yang paling dalam. Tetapi sekaligus, bahasa metafisika tetap terbatas, hanya menunjuk pada keseluruhan dan pada yang paling dasar dari pengalaman langsung.
Pengalaman langsung tetap kaya dan dalam. Ilmu, filsafat, termasuk metafisika, dan teologi, mengabdi pada kehidupan yang kita alami secara langsung. Metafisika tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri, tetapi sebagai salah satu jalan memperkaya kehidupan dengan jalan merefleksikan dan mengangkatnya ke permukaan.
REFLEKSI:
Aliran Materialisme mengajarkan bahwa inti segala sesuatu adalah materi atau dengan kata lain haruslah berwujud dan tidak boleh mengawang-awang. Dalam ilmu hukum pandangan ini lah yang melahirkan adanya asas legalitas dimana “Seseorang tidak dapat dipidana bila tidak ada hukum yang mengaturnya” dengan kata lain aliran ini cikal bakal munculnya asas Legalitas yang bertujuan menjujung kepastian hukum. Karna bisa kita bayangkan dalam sejarah sebelum adanya asas legalitas ini dimana kekuasaan dapat menghukum orang meski tanpa ada peraturan terlebih dulu. Hubungan aliran/pemikiran ini adalah dalam menghukum seseorang haruslah terlebih dahulu diatur hukumnya (berupa materi) tidak dapat megawang-awang karna akan menimbulkan kesewenang-wenangan dari penguasa dan tidak adanya kepastian hukum.
Ada beberapa cabang dalam filsafat yang salah satunya adalah METAFISIKA. Cabang ini memiliki definisi studi tentang sifat yang terdalam dari kenyataan / keberadaan. Persoalan-persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga yaitu persoalan ontologism, persoalan kosmologis, dan persoalan antropologis. Adapun pendapat lain yang menyebutkan Metafisika : merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul dibelakang dunia fenomenal. Metafisika melampaui pengalaman denagn objek yang non-empiris.
Tafsiran dalam Metafisika:
Animisme :Dalam dunia ini terdapat wujud-wujud gaib yang bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dubandingkan alam yang nyata.
Materialisme :Apa yang ada di dunia ini yang dapat kita pelajari.
Mekanistik :Melihat gejala alam, temasuk manusia yang merupaka gejala mkimi-fisika semata.
Vitalistik :Hidup adalah sesuatu yang unik dan berbeda secara subtansi dengan proses di atas.
Monistik :Proses berfikir sebagai aktivitas elektro-kimia dari otak
Dualistic :Membedakan antara zat dan kesadaran yang bagi mereka berbeda secara generic, secara subtansif.